Artikel: Palestina Melamar BRICS: Upaya Mencari Sekutu Ekonomi dan Politik Baru
Palestina telah mengambil langkah geopolitik yang signifikan dengan secara resmi mengajukan permohonan untuk menjadi anggota penuh BRICS, sebuah blok ekonomi yang saat ini terdiri dari Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan, serta negara-negara baru seperti Mesir, Ethiopia, Iran, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab (UEA).
Langkah ini dilihat sebagai upaya strategis Palestina untuk mencari dukungan politik dan ekonomi yang lebih luas di panggung dunia, terutama di luar lingkup pengaruh Barat. Permintaan keanggotaan ini muncul di tengah ketegangan regional yang meningkat dan kebutuhan mendesak untuk membangun kembali ekonomi.
Mengapa BRICS Menjadi Pilihan Palestina?
Keputusan Palestina untuk mendekati BRICS didorong oleh beberapa faktor utama:
1. Mencari Penyeimbang Kekuatan Global
Blok BRICS dikenal sebagai aliansi yang mempromosikan tatanan dunia multipolar, menantang hegemoni ekonomi dan politik Barat. Bagi Palestina, bergabung dengan BRICS akan memberikan platform internasional yang lebih besar untuk menyuarakan penderitaan mereka dan menggalang dukungan tanpa terikat oleh bias atau kepentingan negara-negara Barat.
2. Harapan Dukungan Ekonomi
Keanggotaan BRICS, terutama dengan kehadiran anggota baru seperti Iran, Arab Saudi, dan UEA, dapat membuka pintu bagi investasi yang substansial, bantuan pembangunan, dan akses ke New Development Bank (NDB), bank pembangunan BRICS. Dukungan finansial ini krusial untuk proyek infrastruktur, bantuan kemanusiaan, dan stabilisasi ekonomi di wilayah konflik.
3. Solidaritas Historis dan Politik
Beberapa anggota pendiri BRICS, khususnya Tiongkok, Rusia, dan Afrika Selatan, memiliki catatan historis yang kuat dalam mendukung perjuangan Palestina di PBB dan forum internasional lainnya. Permohonan keanggotaan ini bertujuan untuk menginstitusionalisasikan dan memperkuat dukungan politik tersebut di tingkat blok.
Tantangan dan Peluang di Dalam BRICS

Meskipun permohonan Palestina disambut dengan simpati oleh beberapa anggota, jalannya menuju keanggotaan penuh tidaklah mudah.
Tantangan Utama
Proses perluasan BRICS membutuhkan konsensus dari semua anggota yang ada. Kehadiran negara-negara seperti India, yang memiliki hubungan kompleks dengan Israel, dapat menambah kompleksitas dalam diskusi. Selain itu, BRICS secara tradisional berfokus pada kerja sama ekonomi dan pembangunan, sehingga isu-isu politik yang sangat sensitif seperti konflik Palestina-Israel dapat menjadi titik gesek internal.
Peluang yang Mungkin
Jika berhasil, keanggotaan ini akan memberikan Palestina posisi resmi di salah satu forum geopolitik paling berpengaruh di dunia. Hal ini dapat memfasilitasi dialog langsung dengan kekuatan ekonomi global dan mendorong BRICS untuk mengambil peran mediasi yang lebih aktif dalam penyelesaian konflik Timur Tengah. Kehadiran Palestina juga akan memperkuat narasi BRICS sebagai suara bagi negara-negara Global South yang terpinggirkan.
Implikasi Geopolitik Global
Pengajuan keanggotaan Palestina di BRICS mengirimkan pesan yang jelas ke seluruh dunia: Palestina secara aktif mencari sekutu baru dan mengubah strategi diplomatiknya.
Di satu sisi, ini menunjukkan pergeseran fokus dari upaya perdamaian yang didominasi AS ke upaya diplomasi multilateral. Di sisi lain, hal ini dapat meningkatkan ketegangan dengan negara-negara Barat yang mungkin melihat perluasan BRICS, terutama dengan anggota yang dianggap ‘kontroversial’ seperti Palestina dan Iran, sebagai ancaman terhadap kepentingan mereka.
Keputusan akhir BRICS terhadap permohonan Palestina tidak hanya akan menentukan nasib diplomatik Palestina, tetapi juga akan menjadi ujian bagi solidaritas internal dan komitmen blok tersebut terhadap visi tatanan dunia yang lebih inklusif dan multipolar.





