Ambruknya Musala Ponpes Sidoarjo: Evakuasi dan Identifikasi Korban Dipercepat
Tragedi memilukan melanda Pondok Pesantren Al-Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur, menyusul ambruknya bangunan musala berlantai empat yang digunakan untuk kegiatan keagamaan. Peristiwa ini telah menimbulkan duka mendalam bagi keluarga korban dan seluruh masyarakat Indonesia. Hingga saat ini, upaya evakuasi dan identifikasi korban masih menjadi fokus utama tim gabungan di lokasi.
Kronologi dan Upaya Penyelamatan Awal
Bangunan musala tersebut dilaporkan ambruk secara tiba-tiba saat sebagian santri sedang berada di dalamnya untuk kegiatan rutin. Sesaat setelah kejadian, kepanikan melanda, dan upaya penyelamatan pertama kali dilakukan secara mandiri oleh para santri dan pengurus pondok.
Tim gabungan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), TNI, Polri, dan Basarnas kemudian segera tiba di lokasi untuk mengambil alih operasi. Penggunaan alat berat menjadi krusial mengingat tebalnya puing-puing bangunan bertingkat. Proses ini memerlukan kehati-hatian ekstra agar tidak membahayakan tim penyelamat dan juga korban yang mungkin masih terjebak di bawah reruntuhan.
Tantangan dalam Proses Evakuasi

Operasi evakuasi di lokasi kejadian menghadapi sejumlah tantangan berat:
- Struktur Reruntuhan yang Tidak Stabil: Sisa-sisa bangunan yang ambruk sangat rapuh, berpotensi terjadi reruntuhan susulan. Hal ini memaksa tim untuk bekerja dengan sangat hati-hati dan sering kali harus menghentikan operasi untuk menstabilkan puing.
- Keterbatasan Ruang Gerak: Lokasi musala yang berada di tengah area padat pesantren menyulitkan manuver alat berat dan pergerakan tim penyelamat.
- Kendala Bau Tak Sedap: Seiring berjalannya waktu, munculnya bau tak sedap dari reruntuhan menunjukkan kondisi genting bagi para korban yang masih tertimbun, memicu dorongan untuk mempercepat proses pencarian.
Identifikasi Korban dan Dukungan Psikologis
Selain evakuasi, identifikasi korban yang berhasil diangkat dari reruntuhan juga menjadi prioritas. Tim Disaster Victim Identification (DVI) bekerja keras untuk memastikan identitas korban secepat mungkin agar jenazah dapat diserahkan kepada keluarga. Proses identifikasi dilakukan dengan mengumpulkan data ante-mortem dari pihak keluarga, seperti rekam medis gigi atau ciri-ciri khusus.
Pemerintah daerah dan pihak pondok juga telah mendirikan posko layanan terpadu yang tidak hanya memberikan informasi terkini, tetapi juga menyediakan dukungan psikologis (trauma healing) bagi santri, pengurus, dan terutama keluarga korban yang menanti kabar dengan cemas.
Peningkatan Pengawasan Keselamatan Bangunan
Tragedi ini menjadi pengingat yang menyakitkan akan pentingnya pengawasan ketat terhadap standar keselamatan dan kualitas konstruksi bangunan, terutama di institusi pendidikan seperti pondok pesantren. Diharapkan setelah bencana ini, akan ada audit menyeluruh terhadap infrastruktur pesantren lainnya untuk mencegah kejadian serupa terulang di masa depan.
Saat ini, doa dan harapan terus mengalir untuk kelancaran proses evakuasi dan ketabahan bagi keluarga yang ditinggalkan.





