Misi Mendesak: Membangun Kembali Kepercayaan Publik
Institusi Kepolisian Republik Indonesia (Polri) adalah salah satu pilar utama penegakan hukum dan penjaga ketertiban masyarakat. Namun, belakangan ini, tantangan yang dihadapi Polri makin kompleks, mulai dari isu profesionalisme hingga persepsi publik. Presiden terpilih, Prabowo Subianto, tampaknya menyadari betul urgensi masalah ini. Kabar mengenai rencana pembentukan Komisi Reformasi Polri menjadi sinyal kuat bahwa perbaikan internal kepolisian akan menjadi salah satu prioritas utama pemerintahannya.
Langkah ini menunjukkan komitmen untuk tidak hanya sekadar melanjutkan program, tetapi juga melakukan perombakan fundamental yang dibutuhkan. Pembentukan komisi ini diharapkan bisa menjadi titik balik untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap institusi Polri yang vital bagi stabilitas negara.
Tokoh-tokoh di Balik Reformasi: Kolaborasi Ahli dan Mantan Pejabat
Rencana pembentukan komisi ini makin menarik perhatian karena melibatkan nama-nama besar. Dua nama yang santer disebut adalah Mahfud MD dan mantan Kapolri. Kehadiran Mahfud MD, seorang pakar hukum tata negara dan mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, memberikan bobot signifikan pada komisi ini. Pengalamannya yang luas dalam menangani isu-isu keamanan dan penegakan hukum akan sangat berharga.
Selain itu, keterlibatan mantan Kapolri—yang memahami secara mendalam seluk-beluk internal institusi—akan memastikan bahwa rekomendasi yang dihasilkan komisi ini realistis dan dapat diterapkan. Kolaborasi antara akademisi, praktisi hukum, dan mantan pejabat kepolisian ini diharapkan mampu merumuskan solusi yang komprehensif, tidak hanya menyentuh aspek hukum dan teknis, tetapi juga budaya organisasi.
Fokus Utama Komisi: Profesionalisme, Transparansi, dan Akuntabilitas
Lalu, apa saja yang akan menjadi fokus dari Komisi Reformasi Polri ini? Tentu, ada beberapa area krusial yang perlu diperbaiki.

- Peningkatan Profesionalisme: Komisi ini kemungkinan akan mengkaji sistem rekrutmen, pendidikan, dan pelatihan anggota Polri untuk memastikan mereka tidak hanya cakap dalam teknis, tetapi juga memiliki integritas dan empati yang tinggi.
- Penguatan Pengawasan Internal dan Eksternal: Mekanisme pengawasan yang lemah sering kali menjadi celah bagi praktik-praktik tidak terpuji. Komisi ini diharapkan bisa merekomendasikan sistem pengawasan yang lebih kuat, transparan, dan akuntabel.
- Perbaikan Kesejahteraan: Kesejahteraan anggota Polri yang memadai bisa mengurangi godaan untuk melakukan penyimpangan. Komisi ini bisa memberikan masukan terkait perbaikan sistem gaji, tunjangan, dan fasilitas lainnya.
- Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM): Penempatan anggota yang sesuai dengan keahliannya dan sistem promosi yang berbasis meritokrasi akan menjadi kunci untuk membangun institusi yang solid.
Harapan Besar untuk Polri yang Lebih Baik
Rencana pembentukan Komisi Reformasi Polri ini adalah sebuah langkah ambisius dan penuh tantangan. Tantangan terbesar adalah bagaimana memastikan rekomendasi-rekomendasi yang dihasilkan dapat benar-benar diimplementasikan tanpa hambatan birokrasi yang berarti. Namun, dengan dukungan politik dari presiden dan keterlibatan tokoh-tokoh kredibel, harapan untuk melihat Polri yang lebih profesional, transparan, dan dicintai masyarakat makin terbuka lebar.
Langkah ini bisa menjadi tonggak sejarah yang menandai babak baru dalam penataan ulang institusi keamanan di Indonesia, menempatkan reformasi sebagai agenda utama untuk memastikan masa depan Polri yang lebih baik.





