Badan Pusat Statistik (BPS) baru-baru ini merilis data yang menunjukkan bahwa laju inflasi Indonesia pada bulan September 2025 kembali mencatatkan angka kenaikan. Tercatat, inflasi pada bulan tersebut mencapai 0,21% (month-to-month/mtm). Kenaikan ini sontak menjadi perhatian karena terjadi di tengah upaya pemerintah menjaga stabilitas harga.
Analisis BPS menunjukkan bahwa dua sektor utama menjadi kontributor terbesar terhadap lonjakan harga, yaitu kelompok harga pangan dan biaya pendidikan tinggi (kuliah).
Kenaikan Harga Pangan: Beban Harian Masyarakat
Kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang utama inflasi September. Lonjakan harga pada komoditas pangan esensial secara signifikan membebani anggaran belanja harian masyarakat.
Komoditas Pangan Penyumbang Utama
Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga tinggi dan menyumbang inflasi besar pada September 2025 antara lain:
- Beras: Meskipun ada upaya stabilisasi pasokan, harga beras masih menunjukkan tren kenaikan di berbagai daerah akibat faktor musim dan logistik.
- Cabai Merah dan Bawang Merah: Komoditas ini seringkali sensitif terhadap gangguan cuaca yang memengaruhi produksi, menyebabkan fluktuasi harga yang tajam.
- Daging Ayam Ras dan Telur Ayam Ras: Peningkatan biaya pakan dan biaya operasional peternak turut mendorong harga produk hewani ini naik.
Kenaikan harga pangan ini menjadi indikasi adanya tekanan dari sisi pasokan yang belum sepenuhnya teratasi, baik akibat faktor cuaca maupun rantai distribusi yang kurang efisien.

Biaya Kuliah Melonjak: Tantangan di Sektor Pendidikan
Kontributor inflasi signifikan kedua datang dari sektor jasa, khususnya biaya pendidikan tinggi. Kenaikan ini terjadi menjelang atau saat dimulainya tahun ajaran baru di beberapa perguruan tinggi.
Dampak Kenaikan Biaya Pendidikan
Meskipun kenaikan biaya pendidikan tidak dialami oleh semua rumah tangga secara serentak, dampak dari penyesuaian Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan biaya masuk universitas sangat besar. Biaya-biaya ini masuk dalam perhitungan inflasi karena mencerminkan harga layanan yang harus dibayar konsumen (orang tua atau mahasiswa).
Fenomena kenaikan biaya kuliah ini seringkali memicu diskusi publik mengenai aksesibilitas pendidikan tinggi dan urgensi intervensi pemerintah untuk mengendalikan lonjakan biaya pendidikan.
Langkah dan Respons Pemerintah
Menyikapi data inflasi September yang mencapai 0,21%, pemerintah dan bank sentral diharapkan mengambil langkah-langkah strategis:
- Stabilisasi Harga Pangan: Perluasan operasi pasar, penjaminan pasokan dari luar daerah (intervensi logistik), serta insentif bagi petani untuk meningkatkan produksi pasca-musim panen yang kurang optimal.
- Kebijakan Moneter: Bank Indonesia akan terus mencermati tekanan inflasi ini sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan suku bunga acuan ke depan, dengan tujuan utama menjaga agar inflasi inti tetap terkendali.
- Pengawasan Biaya Pendidikan: Pemerintah perlu memperkuat pengawasan dan regulasi terkait penetapan biaya pendidikan di perguruan tinggi, terutama pada institusi yang menerima subsidi atau bantuan dari negara.
Inflasi sebesar 0,21% mungkin terlihat kecil, namun sinyal dari kenaikan harga pangan dan biaya kuliah menunjukkan adanya tantangan struktural yang perlu segera ditangani agar laju inflasi secara tahunan (year-on-year) tetap berada dalam target yang ditetapkan.





